Kamis, 23 September 2010

“Banjir” , Bencana atau kesengajaan kita


Tak dapat dipungkiri lagi bahwa disetiap musim penghujan masyarakat di daerah sekitar Jakarta selalu khawatir dengan datangnya banjir dan seolah–olah banjir ini sudah menjadi tamu rutin yang selalu datang di setiap tahun, hal ini menunjukkan adanya kerusakan ekologis dan terganggunya keseimbangan lingkungan hidup di sekitar kita .
Pertanyaan kita, bagaimana islam memandang dan memberikan konstribusi terbaik dalam upaya menyelamatkan manusia dari kerusakan ekologis tersebut ?
 Hal pertama yang harus kita ketahui adalah bahwa jagat raya dan seluruh isi alam ini ( gunung, tanah, sungai, tanah ) adalah tanda kebesaran Allah ( ayat kauniah ) yang harus dipelihara dan dijaga oleh manusia . dan inilah fungsi manusia sebagai khalifah fil ardl , maka tugas khalifah adalah  untuk memakmurkan bumi dan menjaganya. Allah Swt berfirman dalam surat Al-hijr ayat 19-20 :

"Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuat menurut ukuran, dan kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan–keperluan hidup dan kami ( menciptakan pula ) makhluq-makhluq yang kamu sekali–sekali bukan pemberi rizki kepadanya ."

Ayat ini menyatakan kepada kita bahwa bumi dan seisinya adalah salah satu kenikmatan yang di berikan kepada manusia yang keberadaannnya harus kita syukuri dan kita pelihara kelestariannya.Dan oleh karena itu Allah Swt melarang kita untuk melakukan perusakan terhadap bumi ini dengan mencemari, menggunduli hutan dan  melakukan eksploitasi tanpa mempertimbangkan akibat ekologisnya. Sebagaimana firman-Nya :

"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah ( Allah ) memperbaikinya , berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap, sesungguhnya Allah sungguh dekat dengan orang-orang yang berbuat baik ( QS Al-A’raf : 56 )"  

Peringatan Allah ini harus kita respons dengan langkah-langkah antisipatif agar alam ini bisa di lestarikan dengan baik demi kenyamanan dan kebahagiaan hidup kita bersama dan kita sebagai hamba Allah yang beriman harus mengakui bahwa musibah banjir yang sering melanda masyarakat kita merupakan respons alam yang diakibatkan karena terganggunya keseimbangan alam. dan Allah telah menyatakannya dalam surat Ar-rum ayat 41 : ”Telah nampak kerusakan di daratan dan lautan di sebabkan karena perbuatan tangan manusia , supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka , agar mereka kembali ke jalan yang benar .  
Untuk menghambat laju murka alam dan untuk mendapatkan ampunan dari Allah, maka kita perlu mengamalkan nilai-nilai kesalehan yang merupakan potensi positif dan fitrah manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hentikan ! eksploitasi yang berdampak buruk terhadap pelestarian lingkungan, hijaukan kembali lahan – lahan yang gundul dengan jenis-jenis tumbuhan asli setempat, karena jenis tumbuhan local sudah teruji memiliki kemampuan meresapkan air hujan dan menyimpannya di dalam tanah, hentikan buang sampah ke sungai agar ia tidak menjadi dangkal dan   tersumbat di musim penghujan yang bisa berakibat banjir .
Dan sebagai langkah pencegahan terhadap perusakan alam dan lingkungan, sudah seharusnya kita mendayagunakan praktek keagamaan yang ( insaniyyah oriented ) Yang selama  ini sering kita abaikan. maka wajar, kita selama ini sering merasa berdosa apabila tidak puasa atau shalat, namun merasa tidak berdosa apabila merusak lingkungan, membuang sampah sembarangan apalagi ke sungai. Syekh nawawi dalam kitabnya syarh qomi’ut tughyan menyatakan : bahwa menyingkirkan kotoran di jalan termasuk tanda orang yang beriman, artinya membuang sampah di jalan sehingga mengganggu orang adalah adalah perbuatan dosa. 
Di samping upaya di atas tadi kitapun harus menyadari bahwa pemeliharaan lingkungan termasuk daripada upaya mewujudkan kemaslahatan manusia, oleh sebab itu DR. Yusuf Qordhowi dalam kitabnya Ri’ayatul bi’ah fi syari’atil islamiyyah menjelaskan bahwa pemeliharaan lingkungan hidup setara dengan menjaga maqosidus syari’ah .dan tujuan maqosidus syariah adalah untuk menegakkan kemaslahatan agama dan dunia, dimana bila prinsip – prinsip itu diabaikan, maka kemaslahatan dunia tidak akan tegak berdiri, sehingga berakibat pada kerusakan dan hilangnya kenikmatan perikehidupan manusia, kita bisa membayangkan hal ini ketika dilanda banjir. Urusan shalat, ekonomi, pendidikan, transportasi dll menjadi terbengkalai. untuk mengembalikan seperti semula butuh waktu bermingu-minggu.
Melihat kondisi lingkungan hidup dan alam sekitar yang sudah mengancam kehidupan manusia ini maka  kita di tuntut berperan aktif untuk memelihara lingkungan dan optimalisasi peran ulama, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah dalam proses soasialisasi pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Dan khususnya bagi para aktivis pelestarian lingkungan dan pecinta alam harus lebih tertuntut sehingga dapat mempunyai program strategis  yang berwujud nyata dalam bentuk workshop, diskusi, sosialisasi, sarasehan, mencetak buletin dalam memberikan wawasan dan pemahaman tentang tata cara perawatan lingkungan dan pentingnya pelestarian terhadap alam sekitar dan lingkungan hidup agar banjir sekali – kali tidak akan pernah menyapa daerah kita .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar