Sejarah Tradisi Perayaan Maulid Nabi
Kata sejarah
berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon, artinya sebuah
pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih
kompleks atau lebih maju. Arti sejarah dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah mengandung tiga pengertian sebagai berikut:
1.
Sejarah berarti silsilah atau asal
usul.
2.
Sejarah berarti kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
3.
Sejarah berarti ilmu, pengetahuan,
cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau.
Ibnu Khaldun (1332-1406) mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umum
manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak atau sifat masyarakat
itu.
Kita mengatakan perayaan Maulid Nabi adalah bagian dari
tradisi umat islam karena Maulid Nabi hanyalah sebagai salah satu
tradisi dan kebudayaan umat Islam sejak masa lalu dan bukan bagian agama
(syari’at) sebuah kegiatan yang bertujuan
menyemarakkan syiar dakwah agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, maka perayaaan Maulid Nabi SAW
dikatagorikan sebagai kebudayaan Islam yang merupakan hasil kreasi umat Islam
yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri dan bertujuan untuk
mengekspresikan rasa syukur mereka kepada Allah SWT karena Dia telah menurunkan
hamba-Nya Muhammad sebagai pembawa rahmat untuk seluruh alam.
Dalam bahasan ini nanti kita berusaha untuk merekonstruksi
sejarah tradisi perayaan Maulid Nabi ini dengan membuktikan siapa yang pertama
kali mencetuskan dan mengadakan perayaan Maulid dengan menggunakan banyak
sumber literatur sejarah untuk
membuktikan kevalidan sejarah tersebut. Sebab banyak sekali perdebatan mengenai
tradisi Maulid telah mengemuka sejak dulu sampai saat ini. Perdebatan ini bisa
dibaca dari banyaknya karya para ulama baik sejarawan barat ataupun sejarawan
muslim yang meneliti tentang awal mula
tradisi Maulid Nabi ini. Diantaranya
kitab-kitab yang menjadi sumber utama studi literatur dalam buku kita
ini adalah : Pertama “Tarikh al Ihtifal
Bil Maulid Annabawi Min Ashril Islam” karangan Prof Hasan Sanduby
diterbitkan di Cairo tahun 1948. Kedua “The
Birth of the Prophet Muhammad: Devotional Piety in Sunni Islam”. Karangan
Prof Dr.Marion Holmes Katz diterbitkan di New York tahun 2007. Ketiga “Muhammad's Birthday Festival: Early history
in the Central Muslim Lands and Development in the Muslim West until the
10th/16th Century”. Karangan N.J.G. Kaptein diterbitkan di Leiden tahun
1993.
Tidak tercatat
dalam kitab-kitab sejarah Islam informasi adanya Perayaan Maulid Nabi pada masa
beliau hidup seperti yang kita rayakan saat ini. Nabi hanya mengisyaratkan dalam sebuah
haditsnya yang diriwayatkan dalam kitab Sahih Muslim, Kitab As-siyam,
bahwa Nabi ditanya tentang puasa hari senin, dan ia menjawab: ". Itu
adalah hari aku dilahirkan dan itu adalah hari saya menerima wahyu
kenabian".