Ini adalah
Foto tempat lahirnya Nabi yang saat ini oleh pemerintah Saudi Arabia dijadikan
sebagai perpustakaan Mekkah Al-Mukarromah.
|
Mungkin sekali terbersit pertanyaan ini di
benak kita, dan akan ada banyak sekali alasan untuk menjawab pertanyaan ini, di
antaranya:
a. Cinta Nabi
adalah salah satu indikator kesempurnaan iman seorang muslim sesuai sabda Rosul
:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون
أحب إليه من نفسه وولده
وماله
“Tidak beriman seorang di antara kalian, hingga aku
menjadi yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya dan hartanya” .
(HR.
Bukhari, Muslim, Imam Ahmad).
b.
Cinta nabi membuat seseorang bisa
merasakan manisnya iman sesuai sabda Rosul :
ثلاث
من كن فيه وجد حلاوة الإيمان،أن يكون الله ورسوله أحب إليه ممن سواهما،وأن يحب
المرء لا يحبه إلا لله،وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار
“Tiga
perkara yang membuat seseorang akan mendapatkan manisnya iman yaitu: Allah dan
Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya; mencintai saudaranya hanya
karena Allah; dan benci kembali pada kekufuran sebagaimana benci dilemparkan
dalam api.” (HR. Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43).
c.
Cinta Nabi dapat menjadikan seseorang
akan ditempatkan oleh Allah di surga bersama sang Nabi sebagaimana diriwayatkan
dalam hadits sebagai berikut:
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم
فقال يا رسول الله : متى الساعة ؟ قال وماذا أعددت لها قال : لاشيء إلا أني أحب الله ورسوله ، فقال :
أنت مع من أحببت
Seseorang
bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari
kiamat, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Apa yang telah engkau persiapkan
untuk menghadapinya?” Orang
tersebut menjawab, “yang aku persiapkan hanya cinta Allah dan Rasul-Nya.” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“(Kalau
begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari,
Muslim).
Banyak
orang yang menyatakan bahwa salah satu bentuk cinta kita pada Nabi adalah
dengan membenarkan segala yang disampaikan oleh Nabi, benarkah statement ini,
tentu saja kurang tepat. Semua Muslim dan Mu’min wajib membenarkan segala yang
disampaikan oleh Nabi, tetapi apakah semuanya dikatagorikan sebagai pencinta
Nabi? Lantas bagaimanakah mencintai Nabi yang sesungguhnya ?
Salah satu adagium Arab menyatakan : " من
أحب شيئا كثر ذكره
" Barangsiapa
yang mencintai sesuatu, akan banyak menyebutnya" . Muslim yang
cinta nabinya akan basah bibirnya bershalawat pada nabi, sekurang-kurangnya akan
ada untaian shalawat diucapkan saat nama Muhammad disebut, sabda Nabi :
البخيل
الذي من ذكرت عنده فلم يصل علي
“Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang apabila namaku disebut di
sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku.”
(HR. Tirmidzi no. 3546 dan Ahmad (1/201)
Langkah nyata mencintai Nabi
pula adalah dengan melaksanakan sunah-sunah (laku hidup) Nabi dalam kehidupan
sehari-hari bahkan seringkali Nabi mengecam bahwa mereka yang tidak mengikuti
atau membenci sunahnya adalah bukan bagian dari umatnya, seringkali Nabi
bersabda:
من
رغب عن سنتي فليس مني
“Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk
golonganku.”
Untuk dapat mencintai
Nabi secara benar, kita harus tahu apa dan bagaimana sosok sang nabi, akhlaknya
dan segala prilaku mulianya, hingga akhirnya kelak akhlak dan perbuatan kita
akan didasarkan pada contoh yang beliau berikan. Karena mencintai Nabi bukan
sekedar menyegarkan ingatan kita akan sejarah hidup beliau, tapi juga
semestinya bisa membangkitkan semangat kita dalam meneladani segala akhlak dan
perbuatan beliau.
Berkaitan dengan hal ini
Rasulullah pernah memuji umatnya yang hidup belakangan setelah masa beliau
tetapi memiliki ketertarikan terhadap ajarannya dan kecintaan terhadap
sosoknya.
Rasulullah pernah suatu
saat berkata di hadapan para sahabat: "Alangkah rindunya aku kepada
para saudaraku", maka para sahabat berkata: "Bukankah kami ini
semua adalah saudaramu wahai Rasulullah", maka Rasulullah menjawab :
"Kalian adalah sahabatku", lalu para sahabat berkata : "Kalau
begitu, siapa saudara-saudaramu itu wahai Rasulullah? ", maka
Rasulullah menjawab: "Mereka adalah kaum yang datang setelah aku,
mereka berangan-angan memandang wajahku, walaupun harus mengorbankan diri
mereka dan keluarga mereka ".
Begitu besar kecintaan rasul kepada umatnya, maka tidak heran jika kita telisik dalam sejarah sangat banyak potret kecintaan Salafus Sholeh kepada sang Nabi yang tak
dapat disebutkan satu persatu, bahkan banyak contoh yang cukup membuat kita
tergugah untuk bisa menirunya, ada contoh di mana salah seorang Sahabat tidak
dapat tidur nyenyak hanya untuk menunggu waktu shalat Subuh sehingga dia dapat
melihat Rasulullah SAW. Suatu contoh yang lain, di mana salah seorang di antara
mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya, menghadapi kilatan pedang dan
tombak, hanya untuk melindungi Rasulullah SAW., salah seorang di antara mereka
berkata:
صدري
دون صدرك, نحري دون نحرك يا رسول الله
“Wahai Rasulullah! Dadaku adalah tameng bagi dadamu, begitu juga
leherku adalah tameng bagi lehermu.”
(HR. Bukhari 3811, Muslim 1811)
Di dalam Shahih Bukhari terdapat kisah Khubaib bin
Abdillah Al-Anshary yang ditawan oleh kaum musyrikin, ketika hendak
membunuhnya, mereka berkata:
أتود
أن محمدا مكانك و أنت في أهلك و مالك؟ قال : لوددت أني أقتل و أن رسول الله صلى
الله عليه و سلم لا يشاك بشوكة
“Bagaimana menurutmu, apabila engkau bebas dan berada di antara harta
dan keluargamu, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berada pada
posisimu saat ini? Maka dia pun berkata:
lebih baik saya mati, daripada harus melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tertusuk walau oleh sebuah duri.”
(HR. Bukhari 3045 dan Thobroni
di dalam Al-Mu’jamul Kabir)
Nabi Muhammad Saw memang teladan sejati
bagi kita semua, karena keagungan pekertinya. Sesuai dengan Firman Allah SWT,
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (Q.S al-Qalam : 4).
Dan dengan keagungan budi pekerti beliau pula Allah Swt menuntut kita
meneladani Rasulllah Saw dalam kehidupan kita sebagaimana Firman-Nya dalam
surat al-Ahzab ayat 21:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ
حَسَنَةٌ۬ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأَخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ
كَثِيرً۬ا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah."
Dan keteladanan
itu dapat diaplikasikan dalam semua aspek kehidupan kita. Karena tiada seorangpun yang dapat meragukan
keagungan peribadi Nabi SAW. Kepribadian
yang dijadikan contoh teladan dalam segala hal. Nabi Saw sebagai pemuda
teladan, sebagai seorang suami yang
teladan, sebagai ayah teladan, sebagai guru teladan, sebagai tokoh teladan,
sebagai ahli strategi dan politik
teladan, sebagai ahli ekonomi teladan, sebagai pejuang hak-bak asasi
manusia teladan, sebagai pedagang teladan
dan sebagai pemimpin yang teladan. Maka tepat kiranya jika peringatan Maulid
Nabi dengan membumikan potret dan akhlaq rasulllah kita jadikan momentum dan
starting point untuk memperbaiki diri, keluarga, masyarakat dan bangsa sebagai
jalan keluar dari krisis peradaban yang menimpa bangsa ini.
Sejarah pun mencatat bahwa dengan keteladanan
kepada Nabi, umat Islam di masa lampau mampu mencapai sebuah kemajuan yang
gemilang, baik dalam peradaban dan ilmu pengetahuan. Dan bahkan tidak akan ada
kemajuan eropa dan dunia seperti saat ini tanpa sumbangan besar peradaban dan
ilmu pengetahuan dari islam.
Banyak hikmah yang terpendam dari pelajaran
berharga yang dapat kita gali dari kehidupan Orang-orang shaleh, baik yang
hidup pada zaman dahulu hingga saat ini. Atas prestasi terbaik yang mereka
perjuangkan dan sekaligus mereka tulis dengan tinta emas, kematian yang akan memisahkan
raga mereka dari waktu, terlebih karya dan kisah beliau senantiasa menghiasi
lembaran buku dan goresan – goresan kenangan. Beliau mengajarkan makna perjuangan,
akan hakikat kesabaran, semangat berbagi, ketulusan hati, keteladanan akhlaq,
santun dalam perbuatan, rahim dan rahmat terhadap semua makhluq dan alam,
bijaksana dalam sikap, tegas dalam segala hal, bagaimana keberaniannya, cinta
dan kasih sayangnya, semua itu terangkum dalam sejarahnya yang mulia yaitu nabi
kita Muhammad SAW.
hanya orang bijaklah yang dapat menyadari sejarah para pendahulunya dalam menghargai, menghormati, mengikuti dan mengamalkan perbuatan mulia yang telah dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW dan orang-orang sholeh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar