Pengurus Harian IRMAP |
Lalu apa sebenarnya cita-cita islam dengan menganjurkan mendirikan masjid ?
Syekh Sa’id Romadhon Al-Buthi dalam kitabnya Fiqh as-sirah menjelaskan : Ketika Rasulullah Saw hijrah ke Madinah yang merupakan awal kebangkitan islam, Pertama-tama yang di bangun Rasulullah adalah masjid. Setiba di Madinah, Rasul membeli tanah dari dua orang anak yatim seharga sepuluh dinar, pada tanah itu terdapat pohon-pohon dan pekuburan kuno orang yahudi. Selanjutnya Rasul memerintahkan para sahabat untuk memotong pohon-pohon itu dan membongkar kuburan kuno orang-orang yahudi. Dan dibangunlah masjid dengan bahan seadanya, tiangnya dari kayu dan atap-atapnya dari pelepah kurma.
Mengapa Rasulullah memprioritaskan masjid ???
Ternyata apa yang dilakukan oleh Rasul dengan mendirikan masjid merupakan langkah strategis yang efektif untuk menyatukan umat islam. Bukan hanya bersatu dengan jasad melainkan bersatu dalam aturan, akidah ,keyakinan, misi dan visi dan lebih dari itu masjid di jadikan sarana yang paling efektif untuk penyebaran agama islam ( Dakwah ) dan sesuai dengan tengara ini Syekh yusuf Qordhowi menjelaskan dalam kitabnya Hadyul islam fatawa mua’shirah : Masjid pada zaman Rasul, merupakan pusat seluruh kegiatan kaum muslim, maka masjid bukan semata-mata di gunakan untuk shalat dan ibadah lainnya, bahkan ia merupakan pusat ibadah, ilmu pengetahuan, peradaban, sebagai gedung parlemen untuk bermusyawarah dan sebagai tempat untuk ta’arruf ( perkenalan ) di masjid itulah utusan dari berbagai jazirah arab datang dan disana pula Rasul menerima utusan-utusan itu. Disana pula beliau menyampaikan Khutbah dan pengarahan mengenai semua masalah kehidupan, baik yang berkenaan masalah agama, social maupun politik.
Dan di karenakan Masjid adalah pusat kegiatan umat dan pusat dakwah maka ia butuh kepada sumber daya yang potensial dan tak lain hal itu hanyalah pantas dan layak dibebankan kepada para remaja, sebab remaja ( pemuda ) adalah asset berharga dan benteng ummat yang paling kuat, selain daripada itu mereka adalah tiang, sumber kekuatan dan harapan masa depan ummat. Dan ummat yang sadar adalah yang memperhatikan para pemudanya.
Pemuda dalam pandangan islam adalah orang-orang yang paling mampu memikul beban amanat serta melaksanakan risalah dakwah yang terus menerus. Allah S.W.T. berfirman :
Sesungguhnya mereka itu( Ashabul kahfi ) adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk-petunjuk ( Q.S Al-Kahfi 18.13 )
Rasulullah Saw menasehati para pengikutnya untuk mempergunakan lima kondisi sebelum datang lima kondisi sebaliknya, antara lain kepemudaan sebelum ketuaan, betapa Rasul dengan hadist-nya ini menyadari bahwa masa muda adalah masa yang paling produktif dalam kehidupan manusia.Lebih dari itu Rasulpun dalam perjuangan dakwahnya banyak di dukung oleh sumber daya pemuda seperti Ali bin abi thalib dll.
Para penjajah, ketika hendak menghancurkan suatu bangsa, memusatkan perhatiannya terhadap penghancuran nilai-nilai, pikiran, dan akhlaq pemudanya sampai ke akar-akarnya. sebaliknya, apabila suatu bangsa ingin bangkit dan maju, hendaknya memperhatikan akidah, pikiran, akhlaq, dan tingkah laku pemudanya.
Para pemuda muslim saat ini sedang menghadapi krisis akidah, akhlaq, alam pikiran, budaya dan social, mereka hanya dapat dan harus diselamatkan dengan Islam, agar pada gilirannya mereka mampu menyelamatkan ummat, dapat membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi ummat dan agen perubahan dalam masyarakat ( Agen of change ). Maka untuk mencapai tujuan ini suatu solusi yang efektif adalah harus dikembangkannya risalah masjid agar secara ideal kembali ke masa lampau sebagai pusat ibadah dan ilmu, pendidikan dan social sehingga para pemuda dapat berperan aktif didalamnya. Dengan demikian masjid akan menjadi pusat pencerahan keagamaan, moral, kebudayaan, social dan wahana ilmiah dalam masyarakat dewasa ini.
Allah menyatakan dalam Al-Qur’an : "Hanyalah yang memakmurkan masjid –masjid Allah ialah orang–orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian" ( Q.S At-taubah, 9.18 ).
Wallahu a’lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar