Panitia Tarhib Ramadhan IRMAP bersama Bpk. Drs, KH Ghozali Barmawi dan KH.Masykur Sholeh pada acara Penutupan Pengajian dan Haflatul Ikhtitam 1431 H. |
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya, Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, contohnya ilmu sosial, dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa.
Sejak kecil kita dididik dan diajarkan tentang berbagai pengetahuan yang nantinya diharapkan dapat berguna dalam kehidupan kita kelak, baik keterampilan (Skill), Seni (Art), Pengetahuan (Sains) dan Agama (Religion).
“ Seseorang yang tidak mengerti akan sesuatu niscaya ia akan mengingkarinya ”, atau dalam Psikologi hal ini disebut dengan Denail ( penyangkalan ), sehingga biasanya seseorang akan menarik diri dari hal-hal yang baru mereka ketahui atau kurang sesuai dengan human ego (perasaan) mereka, lalu yang terjadi kemudian adalah sesuatu yang disebut rasionalisasi yaitu usaha seseorang mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilaku dan pemikirannya yang padahal belum tentu benar adanya, misalnya seseorang diajak untuk belajar al-Qur’an, karena hal itu dirasa kurang sesuai dengan dirinya atau malu dengan usianya, biasanya ia akan menjawab : nanti aja deh lagi sibuk nih…, Nggak ada temennya…., malu ntar disuruh maju, suara saya jelek……. dan berbagai alasan lainnya untuk mengelak yang kenyataannya belum tentu sesuai karena sebenarnya yang membelenggunya adalah dirinya sendiri. Maka disinilah peranan penting dari Intelektualisasi Ummat ( Proses Peningkatan kecerdasan dan Pengetahuan ) harus dijalankan. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya karena pengetahuan yang dimiliki, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalahan secara obyektif, Dengan kata lain, bila seorang menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya, atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Bila hal ini dapat terwujud niscaya segala perbedaan dikalangan umat akan benar-benar terasa nikmat.
Salah satu faktor penting agar proses intelektualisasi dapat berjalan maksimal adalah adanya pembimbing ( Guru ) yang menguasai ilmu pengetahuan dan dapat menyampaikannya secara gamblang sehingga apa yang disampaikan dapat diterima dengan maksimal.
Sejarah mencatat, setelah serangan sekutu yang meluluh-lantakkan kota Nagasaki dan Hirosima, Sang Kaisar keluar kepada rakyatnya dan bertanya : “ Ada berapa orang guru yang masih hidup ? akan kita bangun kembali negeri ini menjadi negeri yang lebih baik dari negeri manapun di dunia”, dan ternyata mereka berhasil, karena menghormati guru, disiplin dalam menjalankan proses intelektualisasi dan memegang teguh ajaran mereka.
“Akan datang pada umatku suatu masa di mana mereka menjauhi ulama ( Ahul ilmi ), lalu Allah mencoba mereka dengan tiga macam cobaan :
1. Pemimpin yang dzolim.
2. Hilangnya keberkahan usaha mereka.
3. Keluar dari dunia ini tanpa membawa iman.”
Pernyataan ini menggambarkan kepada kita bahwa umat ini dapat mengalami keterpurukan yang sangat hebat hanya dengan menjauhi ulama, karena sama saja kita membiarkan diri kita terbelenggu dalam kebodohan, padahal “ulama adalah waratsatul anbiya “ yang dengan keilmuannya dapat membawa cahaya dalam kehidupan ummat yang gelap gulita, banyak sekali ilmu dan hikmah yang dapat kita ambil dari para ahlul ilmi, karena keterbatasan kita sebagai orang awam dalam mengkaji ayat-ayat Allah baik yang tersurat maupun tersirat, maka tempat kita mengadu dan bertanya tentang segala permasalahan adalah para ulama yang notabene-nya Arrosikhuna fil Ilm dan ahli dalam bidangnya, sehingga dapat dikatakan : “celakalah umat ini kalau sudah tidak ada ulama di dunia ini”. Hadits riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu, lalu mereka pun sesat serta menyesatkan. (HR Bukhari Muslim). Betapa besar peranan Ulama dalam kehidupan umat hingga rasulullah berkata : “ Duduk bersama para ulama adalah ibadah.” (HR. Ad-Dailami). lantas yang menjadi pemikiran kita selanjutnya adalah; kalau duduk bersama saja dapat dikatakan sebagai ibadah, apalagi kalau kita dapat menuntut ilmu dan menjadi qorin para ulama.
Dalam kitab Durusul Fiqiyah dituliskan bahwa tujuan agama Islam diturunkan adalah untuk kebahagiaan manusia dalam kehidupan dunia dan akherat, Wajar kiranya untuk mencapai tujuan tersebut rasulullah telah mewajibkan ummat Islam untuk menuntut ilmu apapun tanpa adanya dikotomi ( pemilahan disiplin ilmu ). Hari pendidikan yang diperingati pada tanggal 2 Mei lalu, mari kita jadikan sebagai momentum kesadaran diri, betapa pentingnya peranan Ilmu dalam kehidupan agar dihari kelak kita dapat lebih menghargai ilmu dan ulama sebagai washilah yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dunia dan akherat.
Dengan pengetahuan yang luas, umat Islam dapat menjadi “Khaira Ummatin ukhrijat liinaas” dan menjadi panutan umat manapun di dunia, maka marilah kita berjihad melawan kebodohan agar kita dan generasi penerus kita nantinya dapat mencapai kesuksesan dunia dan akherat.
Wallahu a’lam bisshawab.